Ibuku Pahlawanku

"Pahlawan masa kini menurut saya itu seseorang yang bisa berguna buat orang lain. Di titik itu, dia juga tidak memikirkan dirinya sendiri."

Baiklah, dengan ungkapan saya di atas, mungkin siapa yang bisa saya katakan pahlawan masa kini di jaman pandemi seperti ini?

Memang semuanya terasa semakin sulit dan berat.  Banyak usaha gulung tikar, remaja dan anak-anak mulai kehilangan semangat belajar, bahkan berjuta mimpi-mimpi mulai tergerus. Ataupun pemerintah yang semakin menumpuk hutang piutangnya.

Akan tetapi, sebelum mengatakan semuanya semakin sulit, cobalah lihat dahulu ke belakang. Siapa yang paling berusaha tanpa pamrih dan kata menyerah? Sebutlah dia pahlawan masa kini versimu.

Mari kita ke topik awal, sebagai topik yang telah disedikan, yaitu Ceritakanlah Pahlawan Kekinian Versimu! Bagiku, siapa dia? Mamah, ibu, mami, bunda, atau sebutan lainnya. Aku menyebutnya Mamah.

Seorang wanita tangguh yang berjuang demi masa depan kami, anaknya, sekaligus menjadi garda terdepan di masa pandemi. Bagiku, beliaulah pahlawan kekinianku.

Mamah adalah Ibunda yang baik hati, tanpa pamrih berjuang demi kami anaknya. Belum lagi permasalahannya di Rumah Sakit selama masa pandemi yang semakin sulit ini. Ia tak kenal lelah untuk tetap mengajariku matematika, kalkulus, yang susahnya minta ampun.

Bukan hanya itu, mamahku juga masih mengajariku menulis aksara Mandarin, mengajari abangku bermain basket, serta mengajari adekku membaca. Belum lagi pasiennya saat tengah malam selalu berdatangan. Namun, tetap dilayaninya sepenuh hati.

Apa yang mengdedikasikanku untuk menjadikan mamah sebagai pahlawanku? Biar kurincikan, ini adalah 10 alasan mutlak yang membuatku menganggap mamah sebagai pahlawan masa kini. 

1. Pahlawan di Masa Pandemi

Ibuku merupakan seorang perawat di rumah sakit swasta. Jaraknya jauh dari kota. Ibu bertahan untuk bekerja di sana karena dedikasinya yang kuat untuk mengabdi di daerah tersebut.

Sejujurnya, aku menganggap itu berat. Karena setiap pagi, ibu harus berangkat sendiri ke rumah sakit itu untuk melayani pasien yang sakit. Apalagi di masa pandemi seperti saat ini, pihak medis adalah pihak yang paling beresiko tertular. Namun, meskipun begitu beratnya, ibuku masih tetap mendedikasikan dirinya untuk bekerja di rumah sakit tersebut, tanpa kenal menyerah.

2. Seorang Pendidik

Sosok ibu juga berperan dalam hal pendidikan untuk kami anak-anaknya. Beliau selalu menekankan kepada kami untuk ambisius dalam meraih cita-cita maupun mimpi. Walaupun beban pekerjaannya sudah cukup banyak, ia masih mampu mengajari kami baik dalam didikan rohani maupun akademis. Ibu juga selalu menguatkan kami ketika proses yang kami alami membuat kami menyerah.

3. Panutan

Panutan, aku pernah membaca suatu teks. Teks tersebut mengatakan bahwa sikap anak ditentukan oleh sikap ibunya. Aku rasa itu benar. Ibuku, selalu berkata kepada kami, untuk selalu mengikuti sikap baik ibu. Membuang sikap buruk, meniru sikap baik.

Hal ini telah menjadi kebiasaan kami anak-anaknya di rumah. Karena pada umumnya, seorang anak lebih menurut pada apa yang dilakukan oleh orang yang lebih tua darinya. Ibuku, menjadi panutanku untuk bersikap baik, mengabdi tanpa pamrih, serta mewujudkan yang terbaik demi orang-orang di sekitarku. 

4. Sahabat

Sahabat satu-satunya yang pernah kukenal dan tercatat paling baik ialah ibuku. Tanpa kenal lelah, ia memposisikan dirinya untuk nyaman berkomunikasi denganku, menjadikanku menganggap ibuku sebagai seorang ibu sekaligus sahabat yang paling baik bagiku.

Selain itu, aku dan ibu punya frekuensi yang sama layaknya sahabat pada umumnya. Aku dan ibu punya selera musik yang sama. Ibuku juga punya selera fashion yang sama denganku. Bahkan gaya memilih makanan ibuku pun sama denganku. Itu menjadikan komunikasi kami tetap dekat walaupun ibuku sibuk bekerja.

5. Motivator

Kali ini, tanpa kenal lelah pula. Ibu tetap mendukung dan memberikan kata semangat bagi kami sekeluarga. Matanya selalu jeli dalam memperhatikan perasaan kami, segera bertanya secara pribadi agar kami tak risih dan membantu kami keluar dari keterpurukan dalam setiap masalah sehingga ibuku, layak disebut sebagai motivator handal di keluarga.

6. Pelindung

Ibu juga menyempatkan dirinya sebagai pelindung baik secara fisik maupun mental dan emosional anaknya. Ibuku juga segera tanggap jika anaknya dilukai oleh orang lain dan membatasi anak untuk tidak bergaul dengan orang- orang yang salah.

Secara mental, ibuku selalu menguatkan mental kami anaknya. Aku masih mengingatnya, ketika dalam keterpurukan kala itu, ibu mendukungku bangkit lagi, menghentikanku mengakhiri hidup karena suatu masalah, serta membentuk mentalku menjadi lebih kuat.

Padahal, seharusnya kutau ibuku juga punya banyak permasalahan, namun tak pernah menceritakan masalahnya kepada anak dan malah berjuang sendiri untuk menyelesaikannya.

7. Pengatur Waktu

Ibuku adalah sosok yang sangat disiplin. Itu membuat anaknya teratur dan terencana. Jujur, aku sendiri saja suka kerepotan dalam mengatur waktu. Tapi dengan usaha ibuku, semuanya menjadi teratur dan terencana. 

8. Pengatur Biaya

Keluargaku bukanlah keluarga kaya, melainkan hanya keluarga yang pas-pasan saja. Namun begitu, kami tidak pernah berkekurangan. Itu semua karena Ibu. Ibu sangat ahli dan bijak dalam mengatur uang. Membuat skala prioritas dan menentukan yang mana yang harus didahulukan. Ini menjadikan keuangan keluarga selalu stabil.

9. Dokter

Tak hanya merawat pasien sakit, ibu juga merawat kami saat sakit. Ia rela tak tidur, demi menjaga suhu badan kami stabil ketika demam. Ia memperhatikan gejala-gejala yang menunjukkan kami akan sakit dengan teliti, menanyakan bagaimana kondisi kesehatan saat ini, dan tanggap megobati kala kami terkena penyakit.

10.  Penuntun Akan Tuhan

Ibuku, selalu mengingatkan kepada keluargaku untuk selalu ingat akan Tuhan, untuk mau bersyukur saat sulit, untuk mau berdoa dan berkeyakinan teguh, bahwa Tuhanlah cara awal dan akhir yang akan membantu beban-beban kita. Ibuku, tanpa kenal lelah selalu membimbing keluarganya untuk selalu berada di jalan Tuhan.

Sepuluh alasan itulah yang mendedikasikanku menganggap ibuku sebagai pahlawan masa kini ku. Aku yakin, semua ibu adalah sama. Setiap ibu memiliki kasih sayang, hanya takarannyalah yang berbeda. 

"Ibuku adalah pahlawanku, bukan saja karena ia telah melahirkan dan membesarkanku. Lebih dari itu, ia adalah manusia pertama yang memberi segala inspirasi. Suka-duka, sedih-gembira, tangis dan tawa, segala senang dan derita. Darah, gairah, keringat, semangat, cinta dan air mata â€"adalah sebongkah mutiara hidup dengan segala pemaknaan, kecemasan dan pengharapanâ€" ditumpahkannya dengan penuh kerelaan dan kasih sayang. Sepanjang perjalanan hidupku, tentu begitu banyak atau bahkan terlalu banyak pengorbanan dan pemberian yang telah dicurahkan ibuku untukku hingga aku tidak akan sanggup menghitungnya. Kalau pun aku harus mengingat dan menyebut pengorbanan dan pemberian itu satu per satu, aku yakin, apa yang kuingat dan apa yang kusebut pasti jauh lebih sedikit dari daftar pengorbanan dan pemberian ibuku yang tidak dapat kuingat dan tidak dapat kusebutkan." 

Ibu, walaupun ini bukan hari Ibu, aku ingin mengatakan bahwa Ibu selalu menjadi sosok paling berjasa dan berkesan dalam hidupku di tiap detikku. Tak mengenal letihmu, terima kasih Ibu. Karenamu, pas kurasakan kemerdekaan ini.

Selamat hari Kemerdekaan Republik Indonesia, marilah melanjutkan karya pahlawan dengan menjaga dan mengembangkan nama baik Indonesia, jadilah rakyat yang berbudi luhur serta merdeka. Semoga rahmat Tuhan menyerta selalu.

Salam Hangat, Chyntia Marsittauli Sirait.

0 Response to "Ibuku Pahlawanku"

Post a Comment